PABRIK GENTING
Bagi Desa Citeko, tanah
merupakan emas. Tanah yang mereka miliki bukan hanya digunakan sebagai lahan
pertanian, melainkan dapat pula dimanfaatkan pada industri pabrik pembuatan
genting.
Pabrik genting yang berada di Desa Citeko menggunakan dua teknik pembuatan, yaitu secara tradisional dan modern. Sebagian besar pabrik genting di Desa Citeko menggunakan teknik tradisional dibandingkan dengan menggunakan teknik modern. Salah satunya ialah milik H. Dian.
Bahan utama pembuatan
genting adalah tanah liat. Tanah liat yang digunakan terdiri dari tiga jenis
tanah liat, yaitu tanah liat merah, tanah liat kuning, dan tanah liat hitam.
Penggunaan tiga jenis tanah liat ini disebabkan karena kualitas tanah liat
sekarang tidak sebagus dengan kualitas tanah liat terdahulu. Pencampuran tiga
jenis tanah liat ini akan menghasilkan jenis tanah liat yang berkualitas bagus
dibanding dengan menggunakan satu jenis tanah liat. Selain tanah liat, bahan
yang digunakan dalam pembuatan genting, yaitu pencampuran antara solar dan
limbah kelapa sawit agar bahan yang digunakan tidak menempel dengan cetakan.
Awal proses pembuatan
genting, diawali dengan pencampuran tiga jenis tanah liat dengan menggunakan
mesin tradisional agar menghasilkan jenis tanah liat yang lembut. Kemudian
tanah liat diolah sampai memiliki struktur tanah yang mudah dibentuk menjadi
balok-balok berukuran sesuai yang telah ditentukan. Lalu, tanah yang telah
berbentuk balok dicetak dengan menggunakan mesin cetak tradisional, namun
sebelum bahan dimasukan kedalam cetakan, cetakan dilumuri oleh pelumas terlebih
dahulu.
Setelah dicetak, bahan didiamkan dan dikeringkan di dalam ruangan selama 1-2 hari jika cuaca cerah dan 2-3 hari apabila cuaca mendung, proses ini dilakukan sampai bahan setengah kering agar kadar air yang terkandung dalam bahan lebih sedikit dibanding kadar sebelumnya. Proses tersebut menghindari keretakan pada bahan. Kemudian bahan yang telah dikeringkan, dijemur kurang lebih 3-4 hari. Proses penjemuran pun terbagi menjadi dua, yaitu pada hari pertama penjemuran hanya dilakukan setengah hari sampai dengan jam sebelas siang, hal ini dilakukan agar menghindari keretakan pada genting. Pada hari kedua dan selanjutnya, penjemuran dilakukan dari pagi sampai sore hari.
Setelah
bahan berubah warna menjadi putih, genting siap diangkat dan dimasukan ke
tempat pembakaran. Proses pembakaran terjadi sampai asap yang dikeluarkan
berubah warna, kemudian genting didiamkan sampai dingin untuk mencegah
keretakan pada genting. Setelah genting dirasakan dingin, genting dikeluarkan
dari tungku pembakaran.
Selain memproduksi genting, pabrik ini juga memproduksi vas bunga.
PABRIK SEMEN MERAH
Dalam proses pembuatannya,
kadang pabrik genting mengalami kerugian akibat kerusakan pada genting. Pada
awalnya dari seluruh hasil produksi genting di Desa Citeko, kerugian yang
dialami hanya sebesar 0,1 %. Seiring berjalannya waktu, kerugian yang dialami
semakin besar yakni sebesar 40 %. Oleh karena itu, pecahan genting hanya
dianggap sebagai limbah.
Berbeda dengan Bapak
Abu Bakar yang menganggap limbah tersebut bernilai jual tinggi. Ia adalah
satu-satunya warga Citeko yang dapat mengolah limbah genting menjadi bahan
material baru, yaitu semen merah. Pada tahun 1980-an, Bapak Abu Bakar mulai
merintis bisnis semen merah dari pinjaman modal uang.
Semen merah merupakan
pecahan genting yang dihaluskan. Semen merah terdiri dari gravel dan samot. Samot adalah semen merah yang sangat
halus, sedangkan gravel adalah semen
merah yang bertekstur kasar menyerupai kerikil. Semen merah ini berbeda dengan
semen yang biasa dipergunakan untuk bahan bangunan. Semen merah tidak bisa
dihancurkan oleh paku dan warnanya tidak mudah pudar meskipun sudah
dipergunakan selama bertahun-tahun. Semen merah biasa dipergunakan sebagai
bahan dasar pembuatan trek lari di dalam stadion olahraga.
Hingga saat ini semen
merah banyak dicari oleh partai besar. Selain dipercaya untuk merenovasi
lapangan di stadion-stadion terkenal di dalam dan luar Pulau Jawa, pabrik semen
yang bernama PG. ACC Super ini bahkan
telah mengekspor produknya ke luar negeri. Omset yang diperoleh oleh Bapak Abu
Bakar, berkisar Rp. 75.000.000/bulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar